Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

si Weni (cerpen)

“Abah ¹ , kira-kira si Gareng dimarahin ga ya sama si Semar?” “Umi ² , pertanyaan abah saja belum umi jawab”, sepertinya abah mulai kesal. Memang, aku sudah bisa menebak dan menerka bahwa suamiku itu pasti sangat kesal akan kejadian tadi siang. Tapi, sesusahpayah apapun abah membujukku untuk memberitahu sesuatu tentang kotak itu, aku tetap enggan mengatakannya sekarang. Ini tidak mungkin. Ada sesuatu yang sulit lidahku bicarakan, seperti si Gareng yang sedari tadi diam karena takut ketahuan Semar bahwa dialah yang membocorkan rahasia itu. Hmm...tapi bersyukurlah Gareng, toh aku percaya rahasia itu bukan rahasia yang terlalu penting, berbeda dengan... “Umi, ko malah bengong ?”, abah kayanya semakin kesal, “Itu lho, pertanyaan abah tentang artikel yang umi tulis kemarin di koran !” “Hmm...kirain pertanyaan apa !”, huuh, aku pikir abah masih kesal sama kejadian itu, taunya ! kuhirup dulu nafasku dalam-dalam. Sedari tadi siang rasanya dadaku sesak. Ku ge

Ronggeng Gunung dalam Upacara Seren Taun

Gambar
Kehadiran seni ronggeng gunung di masyarakat memang bukan hal baru. Namun, pesatnya kemajuan zaman dan globalisasi mengakibatkan arus tradisi budaya mendapatkan ruang gerak yang kurang luas di masyarakat. Ini pula yang menyebabkan kemunculan ronggeng gunung mulai jarang ditemukan, kecuali dalam tradisi dan upacara tertentu. Sebut saja, dalam hajat sunat (khitanan), perkawinan, sampai Upacara Seren Taun. Begitu mendengar kata Ronggeng, yang kita tahu adalah sebuah tarian yang selalu identik dengan hubungan antara penari ronggeng dan laki-laki. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa ronggeng merupakan tari tradisional dengan penari utama wanita, dilengkapi dengan selendang yang dikalungkan di leher sebagai kelengkapan menari. Selendang yang berfungsi sebagai kelengkapan menari juga memiliki kegunaan lain yaitu untuk menggaet penonton laki-laki untuk turut menari bersama penari ronggeng. Oleh karena itu, kemampuan penari ronggeng dalam memikat penonton laki-laki selalu berakh