Eksistensi Batik hanya Semusim?


Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Dengan kata lain, batik merupakan seni gambar di atas kain yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menulis. Jika melihat pengertiannya, dapat dibayangkan bahwa batik merupakan sebuah kain atau produk sandang yang bernilai spesial. Hmm...lantas sejarah batik itu bagaimana ya?

Pada dasarnya, teknik membatik sudah ada sejak ribuan tahun silam, diduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria yang kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang dari India. Meskipun pada saat ini batik dapat dijumpai di beberapa negara di Asia dan Afrika, batik yang populer adalah batik yang berasal dari Indonesia, khususnya dari Pekalongan. Tak salah apabila Pekalongan dijadikan salah satu ikon kota batik di Indonesia.

Tradisi membatik di Indonesia telah berkembang sejak zaman kerajaan. Pasalnya, jika dilihat dari perkembangannya, batik sendiri dahulunya merupakan simbol feodalisme (paham mengenal kasta) Jawa, di mana terdapat batik untuk raja-raja, keluarganya, serta batik untuk rakyat biasa. Pada mulanya, batik yang merupakan tradisi kerajaan di Indonesia, hanya dikembangkan dan dikerjakan dalam keraton saja. Namun, lambat laun tradisi ini dibawa ke luar keraton dan dikembangkan oleh rakyat terdekat untuk ditiru hingga akhirnya berkembang di masyarakat.
Mengingat eratnya hubungan batik dengan kerajaan, kain bernama batik ini sulit dipisahkan dari sejarah Kerajaan Majapahit serta sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Adapun perkembangan batik yang juga ada pada zaman Kerajaan Mataram, serta pada sekitar abad ke-17,18 dan 19 di Kerajaan Solo dan Yogyakarta, hingga kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Sebut saja batik yang berkembang di daerah Banyumas yang berpusat di Sokaraja setelah dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro usai peperangan tahun 1830 silam, ataupun di daerah Sukaraja, Indihiang, Kota Tasikmalaya. Menurut catatan sejarah, batik yang ada di Sukaraja sudah ada sejak Kerajaan Tarumanegara, di sana banyak ditemukan pohon Tarum yang berguna untuk proses membatik kala itu.
Secara historis, batik yang berkembang turun-temurun sejak zaman nenek moyang ini sudah dikenal pada abad ke XVII. Kala itu, batik hanya ditulis atau dilukis pada daun lontar saja. Polanya pun terbatas pada motif-motif yang didominasi dengan bentuk binatang ataupun tanaman. Seiring dengan perkembangan zaman, batik mengalami proses pengembangan pula, yang tadinya hanya bermotif flora dan fauna, lambat laun motif batik menjadi semakin bervariasi, sebut saja motif abstrak berbentuk wayang beber, relief candi, dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis, yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah di Nusantara yang amat beragam. Khazanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri khususnya masing-masing.
Motif batik yang terkenal di Indonesia salah satunya adalah motif batik lereng yang terdapat dalam batik Garutan, seperti Lereng Jaksa, Lereng Perahu, Lereng Cerutu, Lereng Barong, Lereng Adumanis, Siki Bonteng, Bulu Hayam, Cupat Manggu, Mojang Priangan, Limas, Merak Ngibing dan Sido Mukti ataupun motif hasil modifikasi seperti Tanjung Anom dan Tumpal. Bentuk Tumpal yang berbentuk segitiga sama kaki dengan banyak diketemukan pada ragam hias candi di Jawa Timur. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh Jawa masih kuat dan kental. Batik Garutan itu sendiri adalah batik yang dahulunya digunakan sebagai sinjang yang terkenal di daerah Sunda. Adapun motif-motif batik lainnya di Indonesia, seperti motif batik khas Solo maupun khas Pekalongan yang sangat populer di mancanegara.
Semula batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik sudah menjadi kain tradisional Indonesia yang juga dibuat di atas bahan lain, seperti sutera, poliester, rayon, katun, dan bahan sintetis lainnya. Di samping itu cara pembuatannya pun mengalami perubahan. Selain batik tulis, yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, kini juga ada batik cap, batik printing, batik painting, juga batik sablon, seperti dijumpai dalam kain batik yang dewasa ini beredar di pasaran.
Batik pun kini bukan lagi sebatas kain sinjang, pelengkap kebaya, ataupun bahan pakaian tradisional saja. Dewasa ini, batik berkembang menjadi sebuah fashion yang sudah dimodifikasi dengan berbagai gaya. Begitu pula dengan motif serta bahannya, batik semakin mengalami perkembangan yang signifikan. Batik tak lagi hanya dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu semata, kini batik dapat dijumpai di berbagai tempat dan toko pakaian, mulai dari pasar hingga mall-mall besar. Batik sudah menjadi tren berbusana masa kini.
Satu hal yang dikhawatirkan dalam eksistensi batik saat ini, batik hanya bertahan semusim saja. Banyaknya jenis dan gaya berpakaian yang modern, bukan tidak mungkin dapat menggeser posisi batik di masyarakat nantinya. Keadaan masyarakat kita yang konsumtif dan mudah berubah sesuai perkembangan modernisasi, memungkinkan batik yang sekarang banyak digunakan sebagai pakaian sehari-hari, kembali menjadi pakaian tradisional yang dipakai dalam acara tertentu saja, seperti acara pernikahan atau upacara adat. Alhasil, batik kembali ke posisinya semula. Di mana secara fungsi maupun bentuk, batik terpaku pada pola yang tradisional saja.
Perlu adanya langkah untuk mengantisipasi keadaan tersebut, yakni dengan digalakannya batik sebagai produk khas Indonesia yang mampu dibawa ke pasar dunia. Setidaknya hal ini mampu mengurangi rasa gengsi masyarakat Indonesia dalam menggunakan batik. Toh secara filosofis, batik memiliki nilai historis yang tinggi dan mampu mengangkat citra Indonesia sebagai salah satu pusat mode di Asia. Terobosan-terobosan baru terhadap model dan corak batik juga dapat turut mempertahankan posisi batik dalam dunia fashion di Indonesia.
Namun langkah-langkah di atas saja tidak cukup, bila kesadaran masyarakat akan batik kurang tertanam. Pasalnya, tanpa rasa kesadaran dan tanggungjawab akan pentingnya batik sebagai bagian dari seni dan budaya Indonesia, maka sangat sulit rasanya untuk sekadar mempertahankan batik di dunia fashion nantinya.
Melihat sejarah perkembangan batik, sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk kembali melestarikan batik di Indonesia. Hal ini bertujuan, agar batik yang menjadi ikon seni di negara kita, tidak direbut oleh bangsa lain. Menggunakan batik tidak harus malu! Justru kita harus bangga, karena ternyata batik memiliki nilai sejarah tinggi, dan batik juga bisa jadi satu alternatif kita dalam berbusana, seperti yang kita lihat akhir-akhir ini. Semoga saja, batik yang sekarang mulai kembali digunakan, tidak lantas berkembang semusim saja. Namun, kesadaran akan batik memang ada dan akan terus ada.Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Dengan kata lain, batik merupakan seni gambar di atas kain yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menulis. Jika melihat pengertiannya, dapat dibayangkan bahwa batik merupakan sebuah kain atau produk sandang yang bernilai spesial. Hmm...lantas sejarah batik itu bagaimana ya?
Pada dasarnya, teknik membatik sudah ada sejak ribuan tahun silam, diduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria yang kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang dari India. Meskipun pada saat ini batik dapat dijumpai di beberapa negara di Asia dan Afrika, batik yang populer adalah batik yang berasal dari Indonesia, khususnya dari Pekalongan. Tak salah apabila Pekalongan dijadikan salah satu ikon kota batik di Indonesia.
Tradisi membatik di Indonesia telah berkembang sejak zaman kerajaan. Pasalnya, jika dilihat dari perkembangannya, batik sendiri dahulunya merupakan simbol feodalisme (paham mengenal kasta) Jawa, di mana terdapat batik untuk raja-raja, keluarganya, serta batik untuk rakyat biasa. Pada mulanya, batik yang merupakan tradisi kerajaan di Indonesia, hanya dikembangkan dan dikerjakan dalam keraton saja. Namun, lambat laun tradisi ini dibawa ke luar keraton dan dikembangkan oleh rakyat terdekat untuk ditiru hingga akhirnya berkembang di masyarakat.
Mengingat eratnya hubungan batik dengan kerajaan, kain bernama batik ini sulit dipisahkan dari sejarah Kerajaan Majapahit serta sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Adapun perkembangan batik yang juga ada pada zaman Kerajaan Mataram, serta pada sekitar abad ke-17,18 dan 19 di Kerajaan Solo dan Yogyakarta, hingga kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Sebut saja batik yang berkembang di daerah Banyumas yang berpusat di Sokaraja setelah dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro usai peperangan tahun 1830 silam, ataupun di daerah Sukaraja, Indihiang, Kota Tasikmalaya. Menurut catatan sejarah, batik yang ada di Sukaraja sudah ada sejak Kerajaan Tarumanegara, di sana banyak ditemukan pohon Tarum yang berguna untuk proses membatik kala itu.
Secara historis, batik yang berkembang turun-temurun sejak zaman nenek moyang ini sudah dikenal pada abad ke XVII. Kala itu, batik hanya ditulis atau dilukis pada daun lontar saja. Polanya pun terbatas pada motif-motif yang didominasi dengan bentuk binatang ataupun tanaman. Seiring dengan perkembangan zaman, batik mengalami proses pengembangan pula, yang tadinya hanya bermotif flora dan fauna, lambat laun motif batik menjadi semakin bervariasi, sebut saja motif abstrak berbentuk wayang beber, relief candi, dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis, yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah di Nusantara yang amat beragam. Khazanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri khususnya masing-masing.
Motif batik yang terkenal di Indonesia salah satunya adalah motif batik lereng yang terdapat dalam batik Garutan, seperti Lereng Jaksa, Lereng Perahu, Lereng Cerutu, Lereng Barong, Lereng Adumanis, Siki Bonteng, Bulu Hayam, Cupat Manggu, Mojang Priangan, Limas, Merak Ngibing dan Sido Mukti ataupun motif hasil modifikasi seperti Tanjung Anom dan Tumpal. Bentuk Tumpal yang berbentuk segitiga sama kaki dengan banyak diketemukan pada ragam hias candi di Jawa Timur. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh Jawa masih kuat dan kental. Batik Garutan itu sendiri adalah batik yang dahulunya digunakan sebagai sinjang yang terkenal di daerah Sunda. Adapun motif-motif batik lainnya di Indonesia, seperti motif batik khas Solo maupun khas Pekalongan yang sangat populer di mancanegara.
Semula batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik sudah menjadi kain tradisional Indonesia yang juga dibuat di atas bahan lain, seperti sutera, poliester, rayon, katun, dan bahan sintetis lainnya. Di samping itu cara pembuatannya pun mengalami perubahan. Selain batik tulis, yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, kini juga ada batik cap, batik printing, batik painting, juga batik sablon, seperti dijumpai dalam kain batik yang dewasa ini beredar di pasaran.
Batik pun kini bukan lagi sebatas kain sinjang, pelengkap kebaya, ataupun bahan pakaian tradisional saja. Dewasa ini, batik berkembang menjadi sebuah fashion yang sudah dimodifikasi dengan berbagai gaya. Begitu pula dengan motif serta bahannya, batik semakin mengalami perkembangan yang signifikan. Batik tak lagi hanya dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu semata, kini batik dapat dijumpai di berbagai tempat dan toko pakaian, mulai dari pasar hingga mall-mall besar. Batik sudah menjadi tren berbusana masa kini.
Satu hal yang dikhawatirkan dalam eksistensi batik saat ini, batik hanya bertahan semusim saja. Banyaknya jenis dan gaya berpakaian yang modern, bukan tidak mungkin dapat menggeser posisi batik di masyarakat nantinya. Keadaan masyarakat kita yang konsumtif dan mudah berubah sesuai perkembangan modernisasi, memungkinkan batik yang sekarang banyak digunakan sebagai pakaian sehari-hari, kembali menjadi pakaian tradisional yang dipakai dalam acara tertentu saja, seperti acara pernikahan atau upacara adat. Alhasil, batik kembali ke posisinya semula. Di mana secara fungsi maupun bentuk, batik terpaku pada pola yang tradisional saja.
Perlu adanya langkah untuk mengantisipasi keadaan tersebut, yakni dengan digalakannya batik sebagai produk khas Indonesia yang mampu dibawa ke pasar dunia. Setidaknya hal ini mampu mengurangi rasa gengsi masyarakat Indonesia dalam menggunakan batik. Toh secara filosofis, batik memiliki nilai historis yang tinggi dan mampu mengangkat citra Indonesia sebagai salah satu pusat mode di Asia. Terobosan-terobosan baru terhadap model dan corak batik juga dapat turut mempertahankan posisi batik dalam dunia fashion di Indonesia.
Namun langkah-langkah di atas saja tidak cukup, bila kesadaran masyarakat akan batik kurang tertanam. Pasalnya, tanpa rasa kesadaran dan tanggungjawab akan pentingnya batik sebagai bagian dari seni dan budaya Indonesia, maka sangat sulit rasanya untuk sekadar mempertahankan batik di dunia fashion nantinya.
Melihat sejarah perkembangan batik, sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk kembali melestarikan batik di Indonesia. Hal ini bertujuan, agar batik yang menjadi ikon seni di negara kita, tidak direbut oleh bangsa lain. Menggunakan batik tidak harus malu! Justru kita harus bangga, karena ternyata batik memiliki nilai sejarah tinggi, dan batik juga bisa jadi satu alternatif kita dalam berbusana, seperti yang kita lihat akhir-akhir ini. Semoga saja, batik yang sekarang mulai kembali digunakan, tidak lantas berkembang semusim saja. Namun, kesadaran akan batik memang ada dan akan terus ada.
Oleh : Evi Sefiani (Kompas, 7 Juni 08)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Etem” Tradisi Keindahan Memotong Padi

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM “DARI RADEN AJENG KARTINI UNTUK MARIA MAGDALENA PARIYEM” KARYA JOKO PINURBO

ANTOLOGI PUISI 100 PENYAIR PEREMPUAN KPPI