Mendidik dengan Kekuatan Fitrah, Sudahkah?
Mendidik dengan kekuatan fitrah, sudahkah? Salah satu
pertanyaan yang membuncah di benak saya perihal parenting. Bagaimana mungkin itu terjawab, sedangkan mengenali
makna fitrah, mengenali fitrah diri sendiri, atau mengenali fitrah anak saja
kita tidak?
Fitrah dalam KBBI diartikan sifat asal; kesucian; bakat;
pembawaan. Wikipedia mendefinisikan
fitrah sebagai sesuatu yang netral pada jiwa dan tidak terikat serta terpasung
oleh keinginan dan keperluan duniawi dan berlapang dada serta jiwa yang tentram
juga tenang. Fitrah hanya punya satu tujuan, yaitu selalu ingin kembali kepada
Tuhan Penciptanya tanpa terikat dengan harta benda duniawi dan meninggalkan
penyakit jiwa. Manusia terlahir ke dunia membawa
fitrah masing-masing sesuai yang dikaruniakan Allah. Saya terlahir sebagai
perempuan.
Allah sangat memuliakan perempuan. Salah satu kemuliaan
yang saya rasakan adalah kesempatan menjadi seorang ibu. Mengandung dan
melahirkan. Fitrah yang jelas tidak diberikan kepada laki-laki.
Sebagai manusia, saya diciptakan untuk menjadi khalifah
seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah:30 dan QS. An-Naml:62. Menjadi pemimpin
atau khalifah sungguh luas makna dan penafsirannya. Bagi saya yang utama adalah
saya harus menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Pemimpin dalam mengendalikan
hawa nafsu dan kekuatan iman. Fungsinya, agar saya bisa menjalankan kewajiban
beribadah kepada Allah dan menjadi pemimpin dalam agama.
Allah memberikan fitrah akal kepada manusia untuk
berpikir. Hal itu pula yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Salah
satu fungsinya untuk tolabul ilmi.
Menuntut ilmu. Ilmu yang baik dan bermanfaat sesuai Al-Quran dan Sunnah. Fitrah
akal dan belajar ini akan memperkuat kualitas kita sebagai khalifah di dunia.
Tujuannya, untuk hidup berpasangan dan mendidik generasi
penerus. Jodoh yang Allah berikan kepada kita adalah istimewa dan sudah yang
terbaik yang dipilih-Nya. Tak ada yang sia-sia bagi Allah. Maka, Allah
menciptakan saya sebagai perempuan dipertemukan dengan suami saya tentu membawa
misi hidup yang telah Allah gariskan. Saya teringat pada NHW (Nice Homework) ke-3 tentang “Membangun
Peradaban dari dalam Rumah). Saya harus mengenali dan memahami betul mengapa
saya dihadirkan di dunia ini di tengah keluarga, suami, anak, dan lingkungan.Secara
tidak langsung hal itu membawa saya untuk kembali mengenal dan memahami fitrah
diri.
Setiap dari diri kita terlahir dengan fitrah yang baik,
yang membedakan kita kini menjadi baik atau buruk salah satunya pola
pengasuhan. Maka, besar harapan saya untuk mengenali fitrah diri sebaik mungkin
agar mampu mengenali dan mendidik anak-anak sesuai fitrahnya.
Memasuki minggu ke-4 perkuliahan matrikulasi Institut
Ibu Profesional, Teh Esa Puspita sebagai fasilitator memberikan materi bertema
“Mendidik dengan Kekuatan Fitrah”. Rasanya dag dig dug. Perenungan luar biasa.
Mendidik dengan kekuatan fitrah artinya saya digiring
untuk mengenali fitrah hidup saya. Utamanya, fitrah untuk membangun peradaban
dari dalam rumah. Sebagai ibu, sumber pahala saya utamanya berasal dari rumah.
Melayani suami, melahirkan dan membesarkan anak, serta menghidupkan peradaban
di dalamnya. Tahapan yang pertama adalah tazkiyatunnafs
atau membersihkan hati agar kita kembali kepada kesadaran fitrah diri sendiri
dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah. Kesadaran fitrah ini
akan menghindarkan kita dari pengaruh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak
sesuai atau dapat menciderai fitrah.
Mengutip ungkapan Harry Santosa bahwa tugas mendidik
bukanlah menjejali “outside in”, tapi
“inside out”, yakni menemani
anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitrah baik mereka dan itu bisa dilakukan
dengan telaten serta penuh kasih oleh ayah bundanya di rumah. Beliau
menjelaskan saat siaran di sebuah stasiun radio beberapa waktu lalu di Bandung
bahwa ada 8 fitrah kita atau anak saat terlahir ke dunia. Di antaranya: fitrah
iman, bakat, seksualitas, estetika, bahasa, perkembangan, jasmani,
individualitas dan sosialitas.
Bagai tetampar, saya diingatkan lagi perihal evaluasi
dari NHW pertama hingga ketiga. Apakah semua NHW yang telah terkonsep dalam
pikiran saya sudah direalisasikan? Jawabannya …
Strategi
Mengenali Kekuatan Fitrah Diri
a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 apakah sampai hari ini
anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau
setelah merenungkan beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang
dikuasai?
Januari lalu saat mendapat NHW #1 dengan tema “Adab
Menuntut Ilmu”, saya merumuskan tulisan berjudul “2 Ilmu Kunci Meraih
Kebahagiaan yang Sering Dilalaikan”. Ilmu yang ingin saya pelajari di
Universitas Kehidupan ini adalah ilmu Manajemen Waktu dan Manajemen Hati. Ilmu
yang sampai sekarang—mungkin hingga tutup usia—masih saya pelajari. Perihal
waktu, sejujurnya saya masih bergelut dengan manajemen gawai dan belajar
konsisten dengan jadwal yang saya buat di Checklist
indikator NHW#2. Penuh perjuangan dan
kadang terlalaikan oleh kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan.
Ihwal Manajemen Hati pun selalu harus saya pelajari
tanpa batasan waktu. Utamanya melalui pengalaman, takdir Allah, dan hal-hal
kecil yang saya lakukan juga dapatkan dalam kehidupan. Strategi awalnya
mengendalikan hati untuk melalukan hal yang baik atau diam. Diam di sini
direnungkan dan mencari nilai positif dalam setiap kejadian agar bisa selalu
bersyukur, bersabar, dan ikhlas menjalani kehidupan.
Saya masih memantapkan diri menekuni ilmu-ilmu tersebut.
Namun, ada tambahan satu ilmu yang perlu saya pelajari di Universitas Kehidupan
ini, yakni ilmu menjadi Ibu Profesional. Ilmu ini luput dari perenungan saya
kemarin. Saya teringat, bukankah saya mengikuti perkuliahan di Institut Ibu
Profesional ini tujuannya agar menjadi ibu profesional? Maka, sejak mengikuti
kelas foundation dan matrikulasi tentu besar keinginan saya untuk memahami dan
mampu menjalankan peran hidup saya agar menjadi hamba Allah yang taat, istri juara
satunya suami, dan ibu juara satunya anak.
Ibu Profesional sungguh luas cakupan kompetensinya.
Salah satunya saya ingin menjadi ibu kebanggaan anak, di antaranya dengan
menjadi guru pertama di madrasah pertamanya. Saya ingin menggali lagi banyak
ilmu parenting dan pendidikan yang
nanti akan saya berikan sesuai kemampuan dan kebutuhan anak.
Alhasil sampai detik ini, ada 3 ilmu yang akan saya
fokus tuntut, yaitu Manajemen Waktu, Manajemen Hati, dan Ibu Profesional. Bukan
tidak mungkin seiring berjalan waktu saya akan menambah ilmu-ilmu baru.
b. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi Checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita
senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda
agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri anda.
Jawaban point ini sedikitnya telah terjawab di poin
sebelumnya. Saya mengisi Checklist,
tetapi banyak indikator yang terlewatkan alias tidak saya lakukan. Utamanya
indikator ibadah. Apalagi di minggu lalu usai Checklist indikator tersebut dibuat, saya mendapat tamu bulanan.
Maka, baru beberapa indikator dalam prespektif individu yang dapat konsisten
saya lakukan. Saya masih belajar menyesuaikan diri dalam hal waktu mengingat
masih sering lalai dan terkalahkan oleh situasi dan kondisi. Semisal, untuk
belajar on time dan aktif dalam
perkuliahan matrikulasi. Saya ingin sekali duduk di bangku barisan terdepan dan
terlibat dalam setiap percakapan ilmu, tetapi kondisi anak yang aktif dan
beberapa hari ini sakit juga kesehatan suami yang mulai drop menjadikan saya harus selalu membersamai mereka. Sulit
memegang HP dan fokus perkuliahan, akhirnya saya hanya meminta izin pada kelas
untuk menyimak dan menimba ilmu dengan memanjat chat. Saya harus ingat komitmen dengan suami, bahwa prioritas utama
saya saat ini adalah anak dan keluarga.
Itu jelas kekurangan saya. Saya harus lebih keras
terhadap diri sendiri untuk mampu mengatur waktu dan tidak terkalahkan oleh
situasi. Bukan hanya untuk contoh indikator yang saya tulis di atas, tapi untuk
banyak indikator lainnya yang harus saya lakukan dengan kerja keras dan
istiqamah.
c. Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang
maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan
bidang yang akan kita kuasai sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
“Rumah: Lahir dan Tumbuh (Membangun Peradaban dari dalam
Rumah)” itulah judul NHW #3 saya. Secara tidak langsung, tulisan itu mengajak
untuk mengenali fitrah hidup saya terlahir di dunia berkaitan dengan maksud
Allah menghadirkan saya di antara orang-orang sekitar dengan peran yang saya
jalani kini. Mengetahui dan mengerti dengan pasti maksud Allah tidak
mungkin—Wallahu’alam—tapi setidaknya belajar memahami bagaimana makna kehadiran
diri. NHW #3 merupakan salah satu NHW yang cukup berat dan memerlukan
perenungan mendalam.
Pertama, saya diajak berdamai terlebih dahulu dengan inner child saya. Ilmu Manajemen Hati
saya kembali pelajari di Universitas Kehidupan ini. Belajar syukur, sabar, dan
ikhlas. Artinya, saya memaafkan masa lalu yang saya anggap negatif, baik semasa
kecil, bersama keluarga atau orang tua, pun konflik yang sudah terlewati
bersama suami. Insya Allah.
Kedua, saya diajak merasakan dan selalu jatuh cinta
berulang kepada suami (saya harap dia pun sama). Menulis surat cinta pada suami
telah membuat kita mengenang masa kasih bersama, seberapa banyak rizki dan
hidup yang harus disyukuri, seberapa perih ujian yang berhasil dilewati, dan
seberapa besar makna kehadiran kita dalam rencana yang Allah tentukan dengan
menemukan misi pernikahan.
Ketiga, saya diajak mengenali potensi dan kekuatan dalam
diri anak. NHW #3 tersebut mengajak saya mengenali fitrah mereka dan tujuan
mengapa saya hadir di antara mereka dan mengapa mereka dihadirkan untuk saya.
Hal itu menjadi modal bagi saya untuk mendidik mereka
sesuai fitrahnya agar kelak saya tidak lalai dan lebay, seperti kata Harry Santosa.
Lalai artinya tidak memberikan kebutuhan atau stimulasi yang mampu menguatkan
fitrah hidupnya. Lebay artinya tidak membandingkan anak juga tidak berlebihan
dan menjejali anak dengan banyak hal. Menemani, membimbing, dan mendidik mereka
sesuai kebutuhan dan tahapan usianya.
Keempat, saya mulai mengenali dan memahami potensi dalam
diri saya. Dengan kata lain, mengenali fitrah dan visi misi saya hidup di
dunia. Akhirnya tujuan saya tentu ingin meraih kebahagiaan diri agar tertular
kebahagiaan itu kepada keluarga dan lingkungan. Peradaban yang berkualitas itu
berawal dari diri sendiri dalam rumah.
Terakhir, mengenali maksud saya dihadirkan di lingkungan
orang-orang sekeliling saya. Masih meraba-raba sejujurnya, tapi intinya tentu
saya ingin memberikan manfaat yang baik meski kecil bagi lingkungan di sekitar
saya.
Oleh karena itu, kiranya saya akan mulai memantapkan
diri hingga saat ini tentang makna diri terlahir. Di antaranya:
Misi: Menjadi ibu
profesional bahagia dan bijak dengan kemampuan manajemen waktu dan hati yang
baik serta memberikan kebahagiaan atau manfaat bagi lingkungan di luar diri
sendiri.
Bidang: Pendidikan
Keluarga dan Menulis.
Peran: Ibu
professional, Pendidik, Penulis.
d. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah
ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi tersebut!
Menjadi ibu professional yang menekuni bidang pendidikan
keluarga dan menulis bukan hal yang mudah. Banyak ilmu yang harus saya timba
dan gali lebih dalam untuk saya kuasai. Misalnya, berikut ini.
Ilmu di Institut
Ibu Profesional:
1.
Foundation : Menggali semangat dan motivasi menjadi ibu
professional dan penulis. Manajemen waktu dan hati.
2.
Matrikulasi: Mempelajari adab ilmu, mengenali fitrah
diri dan anak. Mengasah kemampuan menulis melalui NHW. Manajemen waktu dan
hati.
3.
Bunda Sayang : Ilmu pendidikan keluarga (istri, ibu,
dan anak). Ilmu menulis. Manajemen waktu dan hati.
4.
Bunda Cekatan: Ilmu manajemen pengelolaan diri dan
keluarga. Ilmu menulis. Manajemen waktu dan hati.
5.
Bunda Produktif : Ilmu minat dan bakat. Ilmu menulis
produktif. Manajemen waktu dan hati.
6.
Bunda Shaleha :Ilmu tentang berbagi manfaat. Ilmu
menulis dan manfaatnya. Manajemen waktu dan hati.
Ilmu Agama
1.
Kajian Islam Rutin Selasa Masjid Al-Fath
2.
Kajian Islam Tarbiyyah Sunnah/Jejak Sahabat/dll.
Parenting
Sebetulnya ilmu parenting
dipelajari di Kelas-kelas Institut Ibu Profesional. Sebagai tambahan biasanya
saya mengikuti seminar kesehatan dan perkembangan anak, seperti Kelas Laktasi
Melinda Hospital, Workshop Kesehatan dr. Frecillia Regina, Seminar Kesehatan
dr. Tiwi, atau seminar lainnya.
e. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap
perjalanan anda menjalankan misi hidup.
Untuk mencapai misi hidup yang sudah saya rancang
sedemikian rupa seperti terjabarkan di atas pasti tidak mudah dan memerlukan
waktu lama. Saya harus bersungguh-sungguh di dalam. Istiqamah meski sulit. Saya
merasa telah memulainya sejak pertama kali lolos ke kelas Foundation IIP awal
tahun ini. Sejak itulah saya belajar menjadi ibu professional dengan memahami
dan menjalankan peran hidup peradaban saat ini.
Mungkin saya termasuk perempuan yang telat untuk
belajar. Namun, bukankah itu lebih baik daripada tidak sama sekali? Maka, di
usia 29 tahun menjelang usia 30 tahun ini—setelah menjalani hampir lima tahun
berumah tangga—saya memulai perjalanan mencapai misi hidup. Itulah titik KM 0
saya dengan harapan bisa mencapai 10.000 jam terbang dengan penuh komitmen dan
kerja keras.
Maka, berikut milestone untuk memandu perjalanan saya:
KM 0 – KM 1 (1
tahun) : Menguasai ilmu di kelas foundation, lulus matrikulasi, menguasai
ilmu di kelas Bunda Sayang. Memperdalam ilmu menulis, manajemen waktu dan hati,
serta mempelajari ilmu-ilmu parenting
dan edukasi anak.
KM 1 – KM 2 (1 tahun) : Menguasai ilmu
di kelas Bunda Cekatan seputar manajemen diri dan keluarga. Lebih aktif latihan
menulis. Memperdalam penguasaan manajemen waktu dan hati.
KM 2 – KM 3 (1
tahun) : Menguasai ilmu di kelas Bunda Produktif. Menghasilkan karya tulis.
Mengevaluasi ilmu di KM 0 – 2 terutama perihal pendidikan anak, sebelum
memasukannya ke jenjang pendidikan formal. Mempelajari manajemen waktu dan hati
dalam ritme dan kegiatan harian yang mungkin berubah.
KM 3 – KM 4 (1
tahun) : Menguasai ilmu di kelas Bunda Shaleha. Menjadikan hidup adalah ibadah.
Al-Quran dan Sunnah adalah keseharian. Menulis sebagai ibadah. Manajemen waktu
dan hati lebih baik dan bijak.
f.
Koreksi
kembali Checklist anda di NHW #2,
apakah sudah anda masukan waktu-waktu mempelajari ilmu-ilmu di atas? Kalau
belum segera ubah dan cantumkan!
Alhamdulillah saya sudah memasukkan waktu-waktu menuntut
ilmu ke dalam Checklist Indikator
NHW#2. Saja hanya menambahkan rincian lebih jelas dalam setiap indikator yang
saya tetapkan.
g. Lakukan. Lakukan. Lakukan. Lakukan.
Ini yang perlu saya lakukan. Bersungguh-sungguh dengan
niat, istiqamah dengan komitmen hati, ucapan, tulisan, dan sikap. Sulit memang,
tapi akan menjadi mudah bila saya yakin dan bekerja keras. Semoga Allah memberi
saya rizki, usia, kesempatan meraih misi hidup sebelum semua dipertanggungjawabkan
di negeri baru bernama akhirat.
Bandung,
Februari 2019
*Materi dikutip dari Perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional
*Materi dikutip dari Perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional
Komentar