si Weni (cerpen)
“Abah ¹ , kira-kira si Gareng dimarahin ga ya sama si Semar?” “Umi ² , pertanyaan abah saja belum umi jawab”, sepertinya abah mulai kesal. Memang, aku sudah bisa menebak dan menerka bahwa suamiku itu pasti sangat kesal akan kejadian tadi siang. Tapi, sesusahpayah apapun abah membujukku untuk memberitahu sesuatu tentang kotak itu, aku tetap enggan mengatakannya sekarang. Ini tidak mungkin. Ada sesuatu yang sulit lidahku bicarakan, seperti si Gareng yang sedari tadi diam karena takut ketahuan Semar bahwa dialah yang membocorkan rahasia itu. Hmm...tapi bersyukurlah Gareng, toh aku percaya rahasia itu bukan rahasia yang terlalu penting, berbeda dengan... “Umi, ko malah bengong ?”, abah kayanya semakin kesal, “Itu lho, pertanyaan abah tentang artikel yang umi tulis kemarin di koran !” “Hmm...kirain pertanyaan apa !”, huuh, aku pikir abah masih kesal sama kejadian itu, taunya ! kuhirup dulu nafasku dalam-dalam. Sedari tadi siang rasanya dadaku sesak. Ku ge...